Minggu, 26 Agustus 2012

Keraton Surakarta

Keraton Surakarta : Perpaduan Kemegahan Eropa dan Keunikan Jawa.

Keraton Surakarta (Solo) atau disebut sebagai Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat merupakan keraton dengan gaya dan arsitektur yang sangat unik. Keraton ini tertelak di kota Surakarta biasa disebut dengan nama Solo yang berada di Propinsi Jawa Tengah. Keraton Solo merupakan perpaduan yang khas antara gaya eropa dan etnik Jawa dalam setiap sudut dan tata ruang Keraton. Secara sejarah Keraton Solo di bangun oleh Pakubuwono II sekitar tahun 1744. Berbicara tentang Keraton, tak lepas dari sejarah kerajaan-kerajaan islam yang penah berjaya di tanah jawa. Ketika Kerajaan Islam Pajang mulai memperlihatkan titik surut, maka mulailah berdiri kerajaan mataram yang didirikan oleh Sultan Ageng Hanyokrokusumo. Dalam beberapa dekade, kerajaan ini sangat kuat dan jaya, namun akhir kerajaan Mataram Islam tidaklah semanis masa jayanya.
Kerajaan Mataram Islam harus terpecah menjadi dua bagian barat dan timur pada tahun 1755 dengan sebuah perjanjian yang disebut perjanjian Giyanti. Dalam kesepakatan tersebut membagi Mataram Islam menjadi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang berada di sebelah barat kali Opak Prambanan dan Keraton Surakarta Hadiningrat yang berada di sebelah timurnya. Untuk sisi sebelah barat telah dikupas ditulisan sebelumnya dan sekarang lebih mengenal tentang Keraton Solo yang merupakan perpaduan antara kemegahan Eropa dan Keunikan etnik Jawa yang mempesona.
Keraton Surakarta atau Solo terletak di selatan Jawa Tengah, Berada di koordinat 7° 34′ 0″ LS, 110° 49′ 0″ BT. Surakarta sendiri berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat, dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan. Apabila Petualang hendak menuju ke Keraton Solo ini, sangat mudah terjangkau dari berbagai penjuru. Bisa dari sisi barat dimulai dari Jogjakarta – Klaten – Kartosuro (Pertigaan Tugu ke kanan) – Silakan lurus menuju Patung Slamet Riyadi (Beteng Vasdenburg ke kanan) – Alun alaun – Keraton. Apabila dari Semarang bisa melalui rute Ungaran – Bawen – Salatiga – Boyolali – Kartosuro (Pertigaan Tugu lurus) – Patung Slamet Riyadi – Keraton.
Perjalanan dari Jogjakarta hanya sekitar 1.5jam dengan track normal, atau dari Semarang hanya sekitar 2 jam dengan kondisi lalu lintas yang tidak macet. Setelah melewati patung Slamet Riyadi, Petualang akan menuju ke arah alun-alun dengan jalanan yang sangat sejuk karena jalanan ditumbuhi oleh pohon beringin yang sangat besar. Untuk alun-alun sendiri memang tidak bisa masuk bebas leluasa seperti alun-alun yang ada di keraton Jogja, karena alun-alun solo tersebut diberi pagar melingkar disemua sisinya. Namun petualang bisa masuk dari beberapa pagar yang ada di empat sisi alun-alunnya.
Setelah melewati alun-alun silakan untuk menuju istana yang sangat megah, Petualang disarankan untuk pelan berkendara karena pintu gerbang Keraton Solo ini memang agak tidak mudah ditemukan. Petualang silakan menuju pintu gerbang utara (Kori Wijil) karena gerbang inilah yang memang disediakan untuk pengunjung yang hendak memasuki Keraton Surakarta. Pemandangan pertama kali yang akan ditemui oleh Petualang adalah bagunan pintu gerbang yang berwarna biru (Kori Brajanala atau Kori Gapit) dan menara tinggi yang sangat unik (Panggung Sangga Buwana). Petualang bisa membeli tiket didepan pintu tersebut dan parkir disekitar area didepannya. Atau berbelok ke kiri mengikuti jalan sekitar 100 meter lalu berbelok ke kanan, maka akan Petualang temukan pintu masuk yang lain.
Apabila membeli tiket dari pintu gerbang utara memang bisa mengabadikan beberapa landscape yang sangat terkenal tersebut, yaitu pintu berwarna biru (Kori Kamandungan) dan menara yang berdiri megah. Apabila dari pintu yang satunya, maka akan didapati pemandangan yang serba biru di dinding namun hijau lumut dilantainya. Untuk harga tiket masuk Keraton Surakarta atau Solo cukup terjangkau, hanya sekitar Rp. 10.000,- untuk Petualang umum. Bagi Petualang yang ikut rombongan atau pelajar sekolah, harga tiket bisa lebih murah. Namun bila Petualang merupakan foreigner tiket masuk Keraton Surakarta hanya Rp. 12.500,-. Itu belum termasuk biaya parkir sebesar Rp. 2.000,-. Apabila Petualang membawa Kamera, maka ditambah biaya sebesar Rp. 3.500,-. Hmm, cukup terjangkau dan murah bukan?
Beberapa buah tangan juga disediakan oleh Keraton sebagai kenangan kalau pernah berkunjung ke Keraton Surakarta. Letaknya persis didepan pembelian tiket digerbang sebelah timur.
Petualang akan memasuki dua tempat di Keraton Surakarta, bagunan tersbut bernama Bangsal Smarakatha disebelah barat dan Bangsal Marcukundha di sebelah timur. Bagunan ini sangat unik dan menyimpan berbagai hasil kebudayaan orang jawa dimasa dulu. Petualang bisa menuju ke taman yang berada disebelah belakang pintu masuk. Tips : Silakan Petualang memakai sepatu, karena pihak Keraton Solo tidak memperbolehkan Petualang berjalan di area taman dengan memakai sandal, topi, kacamata dan celana pendek. Bagaimana jika tidak memakai sepatu? Nah, silakan Petualang untuk berjalan tanpa alas kaki (nyeker) dengan menitipkan sepatu ke Abdi Dalem Keraton. Keraton Solo juga menyediakan kain batik jarik apabila Petualang memakai celana pendek.
Didalam taman ini terdapat bangunan seperti kedhaton yang panjang juga unik, dengan bebatuan marmer yang sangat megah. Dibuat memanjang dihiasi dengan ornamen ala jawa di pilar penyangganya dan atap bangunan yang mengkerucut mirip seperti rumah joglo jawa tengah. Tanah di taman ini bukan tanah pada umumnya, namun merupakan pasir yang berasal dari pantai laut selatan. Jadi, Petualang yang berjalan tanpa alas kakipun nyaman ketika memutari seluruh area taman. Selain lantai yang berpasir, taman ini juga terdapat tanaman sawo kecik yang tertata rapi berjajar berjumlah 76 pohon. Didepan kedhaton panjang tersebut terdapat bangunan pendopo yang megah dan mewah.  Pendopo yang bernama Sasana Sewaka tersebut dihiasi berbagai macam patung dengan gaya yunani atau eropa kuno. Patung bergaya eropa tersebut tepat berada didepan pendopo yang berjumlah lebih dari 6 buah. Memang sangat unik, keraton dengan gaya arsitektur etnik jawa dengan beberapa hiasan patung model eropa.
Setelah menilik taman yang nyaman dan sejuk, Petualang bisa melanjutkan ke bangunan sebelahnya dekat dengan pintu masuk. Didalam bangunan tersebut terdapat beberapa karya dan budaya warisan kerajaan jaman dulu. Mulai dari era hindu-budha hingga kerajaan Islam. Hampir mirip dengan Keraton Jogja yang menyimpan berbagai pusaka dan hasil budaya Jawa. Terdapat juga sisilah dinasti Mataram dari Ki Ageng Pemahanan hingga Pakubuwana IX. Beberapa artefak dan patung peninggalan kerajaan jamam dulu juga terdapat dibangunan tersebut, seperti batu candi, patung dewa, dan peninggalan yang laain.
Beberapa warisan budaya seperti gong beri, aneka dolanan jawa, patung raja duduk di singasana, berbagai macam andong (dokar / delman) yang menjadi alat transportasi raja jaman dulu kala. Juga beberapa sample peralatan yang digunakan oleh orang-orang jawa seperti gejog lesung, bokor tempat menanak nasi yang berukuran besar. Kalau di Keraton Jogja ada lukisan yang unik dan mistis, maka di solopun juga terdapat lukisan tersebut. Ketika Petualang melihat bagian lukisan tersebut, seolah-olah bagian dari gambar lukisan tersebut mengikuti ke arah kemana Petualang melihatnya. Karya yang luar biasa.
Diluar bagunan juga terdapat kayu jati wungu yang merupakan potongan kayu peninggalan sunan, jati ini hampir mirip dengan jati yang terdapat di Masjid Agung Demak atau Masjid Sekayu yang ada di kota Semarang. Selain itu, terdapat sumur tua yang airnya sangat jernih, beberapa Petualang memanfaatkan untuk berwudhu dan memcuci muka. Silakan untuk minta air tersebut kepada abdi dalem keraton solo, dengan memberi infak sekedarnya. Mirip di Keraton Jogja dimana ketika Petualang masuk ke area batik di keraton Jogja, maka akan ditemui sebuah sumur tua yang digunakan untuk perawatan kuda, namun tidak bisa merasakan segarnya sumur tua tersebut. Keraton Surakarta memang menyimpan keunikan tersendiri. Walaupun hanya sekilas dan kecil, namun mengagumkan untuk datang dan melihat perpaduan yang unik dari dua budaya yang berbeda.

0 komentar:

Posting Komentar